Romansa Setangkai Bunga
Sempurnakan jerit setangkai bunga
Agar mimpi jangan gelisah
Waktu pagi dibasuh tangisan kecil
Tapi aku tak ingin siapa pun
Mengusik ujung kelopaknya
Sebab setiap tetes embun
Adalah suara rintihan riwayat
Kerinduan
Tak perlu jambangan
Sebab akulah jambangan setiap rintihan
Tuhan kutaruh keyakinan
Jangan kau sembunyi di balik anganangan
Banjarbaru, 2001
Romansa Seekor Hong
Di bawah bulan kau asyik merajut perca sutra
Kupetikan melati di antara meihwa
Angin Gobi berembus di daratan Indonesia
Tapi kau telah melahirkan seekor Hong
Di bulan Desember kau berikan segalanya
dalam tiupan sembilanbelas lilin merah padaku
dan setiap pagi
kita takjub mendengar kicaunya
Sejak ia tersesat di hutan Yang Liu
dan tak pernah kembali lagi Sui Lan
Sejak itu pula tak pernah lagi
kudengar nyanyian Chun Chiu
Dalam malam yang kelam
ranjang tak pernah lagi memberi arti
Di mata terpejam aku bangkit
dari serbuk bintangbintang
Kutatap pucuk hutan pinus
dan tenggelam di sungai Yang Tze
Banjarbaru, 2001
As One of the Song, Mamimeca
Tatapan apa matahari bakal tenggelam
Riwayat berabadabad jauh di dasar laut
Dari koloni larva bintang
Aku tahu betapa letih wajahmu
Dalam gugusan mahakelam
May soul stay in the wind, mami
Sepanjang semenanjung berhembus
Lebur dalam tubuhmu
Don’t give me your wave
Aku berlari di tengah pasir
dan mengunyah semaksemak ganggang
Di tengah rapat matamu : Please come in
Lalu kupintal rambut kita perak
Lalu kubaringkan tubuh kita di pasir
Beralas serbukserbuk ganggang
Kutulis bibirmu dari langit berawan
Entah apa aku kenal musim hampir tujuh puluh
musim purba ketika berlabuh
Ketika kau berkata : No, I prefer to the sea
Entah apa
Aku jadi segumpal ruh di buihbuih
Sure, I am is the nearest harbour
Kau berkata lagi : You are is My
Kupetik bunga laut
Kupetikan yang tumbuh di rahimmu
Agar gemawan perlahan turun
Agar abadi segala rindudendam
I see : We are far away from here
Di matamu ada cincin di jari
Membalikbalik lembar usia
Menyisir lidah pantai
Menyisir karangkarang laut
Adalah ujung penghabisan senjakala
Kita terbakar dan hangus
dalam bayangbayang
Banjarbaru, 2004
Romansa Setangkai Bunga ( Puisi - Puisi Cinta Arsyad Indradi )
Senin, 14 April 2008
edisi 2
Elly : So’nata is Silent
Aku musafir
Liriklirik yang jatuh dari matamu
Jatuh gemersik : Give to me one the world
Di kulminasi bukit
Kupetik kembang ilalang :
May sure not at all raincloud
Elly di tebingtebing :
I have lost my wind
Kupetik seribu kupukupu
Yang tumbuh di rambutmu
Lalu kuterbangkan
Ada desiran panjang :
I am on the run and to dream
Sebab aku musafir
Sebab akulah kau yang diam
Yang mendaki mimpimimpi yang panjang
Dalam suarasuara yang lenyap dan hilang
Matahari menjelma ombak dan berbuih
di batubatu
Elly, I am is him : Wanderer fatigued
Banjarbaru,2004
In My Last Mirage
Jangan ada lelap
Lihat gemawan pada sawang
Di dadaku menyimpan warna langit
Rain Will falls, can you go far
Jangan ada duka
Sebab karena angin atau my solitude
Sebab cahaya di sungai
Entah apa mataku jadi mabuk
Entah apa kau bagai sebuah nyanyi
tanpa lirik : Say me
Where in your raft
Antara gugusan burung senja
Teach me know him, from your love
Mengapa kau berhenti
melintasi jendela yang terbuka
Look at me, I’ll meet you in the pier
Manakala langit tidak jingga lagi
Maka apakah nyanyi diam terhenti
But he always to stick art me
Banjarbaru, 2004
Gita Perjalanan
Kalau bulan begini ke mana arah melangkah
Lalu apa makna gemintang dilarut malam
Cinta yang masih ada tidaklah akan tersisa
Meski pembunuhan bathin menghantar dusta
Jika terdengar ada bisik di ujung sana
Katakan siapa yang menipu mata
Barangkali kutak pandai menghitung hari
Entah berapa perhentian sudah terlampaui
Kini telentang mengenang hariharisilam
Manakala kuntum kutabur di pangkuan bumi
Dari larat yang paling penghabisan
Sungguh Tuhan lah yang paling berbudi
Aku kan lahir dalam duabelas langkahdiri
Bangkitlah dari tapal batas daratan sunyi
Nun usia di atas lilin pikiran yang putih
Banjarbaru, 96
Aku musafir
Liriklirik yang jatuh dari matamu
Jatuh gemersik : Give to me one the world
Di kulminasi bukit
Kupetik kembang ilalang :
May sure not at all raincloud
Elly di tebingtebing :
I have lost my wind
Kupetik seribu kupukupu
Yang tumbuh di rambutmu
Lalu kuterbangkan
Ada desiran panjang :
I am on the run and to dream
Sebab aku musafir
Sebab akulah kau yang diam
Yang mendaki mimpimimpi yang panjang
Dalam suarasuara yang lenyap dan hilang
Matahari menjelma ombak dan berbuih
di batubatu
Elly, I am is him : Wanderer fatigued
Banjarbaru,2004
In My Last Mirage
Jangan ada lelap
Lihat gemawan pada sawang
Di dadaku menyimpan warna langit
Rain Will falls, can you go far
Jangan ada duka
Sebab karena angin atau my solitude
Sebab cahaya di sungai
Entah apa mataku jadi mabuk
Entah apa kau bagai sebuah nyanyi
tanpa lirik : Say me
Where in your raft
Antara gugusan burung senja
Teach me know him, from your love
Mengapa kau berhenti
melintasi jendela yang terbuka
Look at me, I’ll meet you in the pier
Manakala langit tidak jingga lagi
Maka apakah nyanyi diam terhenti
But he always to stick art me
Banjarbaru, 2004
Gita Perjalanan
Kalau bulan begini ke mana arah melangkah
Lalu apa makna gemintang dilarut malam
Cinta yang masih ada tidaklah akan tersisa
Meski pembunuhan bathin menghantar dusta
Jika terdengar ada bisik di ujung sana
Katakan siapa yang menipu mata
Barangkali kutak pandai menghitung hari
Entah berapa perhentian sudah terlampaui
Kini telentang mengenang hariharisilam
Manakala kuntum kutabur di pangkuan bumi
Dari larat yang paling penghabisan
Sungguh Tuhan lah yang paling berbudi
Aku kan lahir dalam duabelas langkahdiri
Bangkitlah dari tapal batas daratan sunyi
Nun usia di atas lilin pikiran yang putih
Banjarbaru, 96
edisi 3
Dentang Batu
Dentang batu di tebingtebing
Bawa daku ke mana jalan setapak
Cahya di timur O burungburung
Nun siapa membangun gubuk sunyi
Tempat tetirah kaum gelisah
Angin pegunungan mana yang berembus
Beri daku bunga tanah kelahiran
Dari rimba hijau dan pepohonan nipah
Bila telah selesai dentang penghabisan
Lihat wajahwajah siapa yang tak luka
Perbukitan terdengar rawan
Gubuk yang telah bertahun dihuni
Sehabis senja maka menyala damar purba
Mata tak pernah tahu ke mana malam
Menyimpan selaksa duka
Samarinda, 98
Narasi Gairah Embun
Menjilati garisgaris permukaan tangan
Menggendong keranjang yang kita anyam
Setetesdemisetetes embun kita kumpulkan
Bertebaran dalam mazmurmazmur malam
Kita bersidekap dalam gumpalan warna angin
Membakar lipatandemilipatan tubuh fana
Mata mencari sesuatu yang pernah kita punya
Sebelum keburu surya bangkit dari mimpinya
Kunyah segala dedaunan dan akarakaran
Jadi serbuk hatinurani
Kucurkan ke piala kita tanpa sisa
Agar bebas dari perangkap dusta
Mulutmu wangi sarigading
Menyentuh gordengorden jendela
Tapi jangan kau buka
Sebentar lagi pagi beranjak tiba
Banjarbaru,2000
Kau Tulis Surat
Kau tulis surat
Tapi masih juga kau tanya
Alamatku : Persinggahan
Burungburung laut
Memberi isyarat pantai mana
Gemuruh ombak di bathinmu
Lama kubaca tubuhmu di pasir
Setiap ciuman ombak
Kupasang layar ke laut lepas
Kita samasama meniti buih
Sampai terperangkap
Di jaring matahari
Diamdiam masih juga
Kau tulis surat
Di karangkarang laut
Banjarbaru,2000
Saat Senja Pun Jatuh
Jangan kau rangkai bungabunga
Yang kau petik dari taman mimpi
Tapi rangkailah tubuhku
Yang kau ambil dari tulang rusukmu
Tak ada lagi
Rahasia yang menyimpan kesangsian
Maka tatkala gemawan turun lihatlah
Kita tak pernah lagi memiliki malam
Yang luput dari tangan
Lahirlah kerinduan yang kau hamili
Setiap kita menutup jendela
Setiap kita mengatupkan mata
Memandang jauh
Kesetiaan mentari ke kutub sana
Banjarbaru,2000
Dentang batu di tebingtebing
Bawa daku ke mana jalan setapak
Cahya di timur O burungburung
Nun siapa membangun gubuk sunyi
Tempat tetirah kaum gelisah
Angin pegunungan mana yang berembus
Beri daku bunga tanah kelahiran
Dari rimba hijau dan pepohonan nipah
Bila telah selesai dentang penghabisan
Lihat wajahwajah siapa yang tak luka
Perbukitan terdengar rawan
Gubuk yang telah bertahun dihuni
Sehabis senja maka menyala damar purba
Mata tak pernah tahu ke mana malam
Menyimpan selaksa duka
Samarinda, 98
Narasi Gairah Embun
Menjilati garisgaris permukaan tangan
Menggendong keranjang yang kita anyam
Setetesdemisetetes embun kita kumpulkan
Bertebaran dalam mazmurmazmur malam
Kita bersidekap dalam gumpalan warna angin
Membakar lipatandemilipatan tubuh fana
Mata mencari sesuatu yang pernah kita punya
Sebelum keburu surya bangkit dari mimpinya
Kunyah segala dedaunan dan akarakaran
Jadi serbuk hatinurani
Kucurkan ke piala kita tanpa sisa
Agar bebas dari perangkap dusta
Mulutmu wangi sarigading
Menyentuh gordengorden jendela
Tapi jangan kau buka
Sebentar lagi pagi beranjak tiba
Banjarbaru,2000
Kau Tulis Surat
Kau tulis surat
Tapi masih juga kau tanya
Alamatku : Persinggahan
Burungburung laut
Memberi isyarat pantai mana
Gemuruh ombak di bathinmu
Lama kubaca tubuhmu di pasir
Setiap ciuman ombak
Kupasang layar ke laut lepas
Kita samasama meniti buih
Sampai terperangkap
Di jaring matahari
Diamdiam masih juga
Kau tulis surat
Di karangkarang laut
Banjarbaru,2000
Saat Senja Pun Jatuh
Jangan kau rangkai bungabunga
Yang kau petik dari taman mimpi
Tapi rangkailah tubuhku
Yang kau ambil dari tulang rusukmu
Tak ada lagi
Rahasia yang menyimpan kesangsian
Maka tatkala gemawan turun lihatlah
Kita tak pernah lagi memiliki malam
Yang luput dari tangan
Lahirlah kerinduan yang kau hamili
Setiap kita menutup jendela
Setiap kita mengatupkan mata
Memandang jauh
Kesetiaan mentari ke kutub sana
Banjarbaru,2000
edisi 4
Sebelum Usai Senja
Buat Yati Lis Sandhi
Sebelum kau singkap gaunmu
Rambutmu sudah menyentuh dadaku
Angin dingin. Dan kau berkata sesuatu
Tapi aku seperti tak tahu
Kulihat gemawan turun
Jingga dan samar caya
Kau tahu ? Hari bakal kelam
Dan kita makin tenggelam
Lalu kau betulkan dudukmu
Sementara bau wangi itu masih
Kau simpan dalam bajuku
Paringin,77
Di Kolam Garden City
Waktu Pagi
: buat Azizah
Tidak beriak
Tidak berambul
Tidak bergelegak tidak
Aku yang menyelam kataku
berlelehan ke setiap tingkat
Kemana darahku
Tidak mengalir lagi
Mengalir ke dalam jiwa kasihku
Aku air
yang memancar dari sumber kesejukan
Aku ikan
yang berenang dalam pengembaraan rindu
Akulah kolam
Kataku
dalam busabusa cinta
Kembang serojakah ?
Kau adalah aku
kau berbisik
Kita yang menghirup harumnya
Cahaya pagi
Malaka, 2004
Violces Norsitah
Aku sudah berupaya membujuk tidurku
Semalammalaman membiarkan angin
meluruhkan cahaya lampu
kebalik malam yang tak berbulan
Tahutahu kenapa kembang violces
di jambanganku semerbak di pembaringanku
Tidak sempat aku membuka pintu :
“ Aku datang bersuluh bintang “
Esoknya aku teringat violcesku
Aku termangu
Ia sudah tiada berkelopak lagi
Kualalumpur,2004
Azizah Di Mahkota Parade
Selendang warna fajar menyingsing
bergayut di jenjang lehermu
Tahutahu kenapa gerangan aku tak kuasa
membalas pantunnya
duhai sesungguhnya aku sudah siap merangkainya
Manakala angin membawa harum
kembang goyang di sanggulnya
Wahai aku teringat Azizah
Ketika aku menulis sebuah nama
dalam tidurku, kau berpesan :
Ingatkan nanti kita kan berjumpa
di Mahkota Parade berbalas pantun
Seusai burung dara itu terbang jauh ke awanawan
Hanya meninggalkan bisikan
Aku tiada pernah jumpa lagi dengan Azizah
Namun aku masih menulis
sebuah nama dalam kenangan
Bandaraya Melaka,2004
Buat Yati Lis Sandhi
Sebelum kau singkap gaunmu
Rambutmu sudah menyentuh dadaku
Angin dingin. Dan kau berkata sesuatu
Tapi aku seperti tak tahu
Kulihat gemawan turun
Jingga dan samar caya
Kau tahu ? Hari bakal kelam
Dan kita makin tenggelam
Lalu kau betulkan dudukmu
Sementara bau wangi itu masih
Kau simpan dalam bajuku
Paringin,77
Di Kolam Garden City
Waktu Pagi
: buat Azizah
Tidak beriak
Tidak berambul
Tidak bergelegak tidak
Aku yang menyelam kataku
berlelehan ke setiap tingkat
Kemana darahku
Tidak mengalir lagi
Mengalir ke dalam jiwa kasihku
Aku air
yang memancar dari sumber kesejukan
Aku ikan
yang berenang dalam pengembaraan rindu
Akulah kolam
Kataku
dalam busabusa cinta
Kembang serojakah ?
Kau adalah aku
kau berbisik
Kita yang menghirup harumnya
Cahaya pagi
Malaka, 2004
Violces Norsitah
Aku sudah berupaya membujuk tidurku
Semalammalaman membiarkan angin
meluruhkan cahaya lampu
kebalik malam yang tak berbulan
Tahutahu kenapa kembang violces
di jambanganku semerbak di pembaringanku
Tidak sempat aku membuka pintu :
“ Aku datang bersuluh bintang “
Esoknya aku teringat violcesku
Aku termangu
Ia sudah tiada berkelopak lagi
Kualalumpur,2004
Azizah Di Mahkota Parade
Selendang warna fajar menyingsing
bergayut di jenjang lehermu
Tahutahu kenapa gerangan aku tak kuasa
membalas pantunnya
duhai sesungguhnya aku sudah siap merangkainya
Manakala angin membawa harum
kembang goyang di sanggulnya
Wahai aku teringat Azizah
Ketika aku menulis sebuah nama
dalam tidurku, kau berpesan :
Ingatkan nanti kita kan berjumpa
di Mahkota Parade berbalas pantun
Seusai burung dara itu terbang jauh ke awanawan
Hanya meninggalkan bisikan
Aku tiada pernah jumpa lagi dengan Azizah
Namun aku masih menulis
sebuah nama dalam kenangan
Bandaraya Melaka,2004
edisi 5
Apa Yang Kau Renungkan Norsitah
Hujan begitu tibatiba menderas
Jalanjalan menjerit atap rumah sembilu
Langit hitam
Danau Kota pun seperti kehilangan semangat
Kau seperti tiada hirau dan mematung di kaca jendela
padahal kaca itu telah mengabur kena tempias
Apa yang kau renungkan Norsitah
Ketika hujan mulai usai
Norsitah tiada lagi di situ
Hanya ada goresan jari di kaca :
Wahai hujan mengapa begitu tega
kau hapus sebuah nama yang tertulis
di lembar hatiku padahal aku menghapalnya
bahkan hurufhurufnya tereja dalam igauan
Danau Kota terbatabata belajar mengeja
bayangku yang semakin mengabur jua
Kualalumpur,2004
Hasrat
Kemana mata dalam asap dupa malam
Ah tiadalah bintang mengantar suluh
Sampai hati kiranya kemana jua
Terbang burung pialing memburu nasib
Bagaimana lagi bila jembatan licin
Rasa sesak nafas di dalam dada
Hasrat hati tiada jua tumbuh kembang serai
di padang jumampai
Tengah malam apalah rasanya
Bila diingat semakin jua dikenang
Tiada pun memberi alamat
Kuyakini langkah
Wahai kemana pembaringan membuang limbai
Tak tahulah
Bila berembus kemana pelimbaianku
Bila memburu kemana lorong nasibku
Bila mimpi ada jugakah barang secuil
jangan menyentuh lelap tidurku
Banjarbaru,2005
Di Atas Causeway
Antara Johor - Woodlands
Kita tibatiba menjelma sepasang merpati
dan mabuk di atas Causeway
Sepertinya cuma milik kita berdua bersulang anggur
Terbang bekejaran kelazuardilangit dan menukik
ke selat di mana terhampar buihbuih cinta
Lalu kita baringkan tubuh kita sambil berpelukmimpi
Sedang piala di tangan tak hentihenti terisi
Kemudian bibir kita saling berbisik
Cuma kita yang mampu membuka rahasianya
Setelah itu kau merapikan rambut yang tergerai
di dadaku
Mercuri sepanjang Causeway telah memekarkan seroja
di taman kasmaran kita
Kita bersitatap dan tersenyum
Wajah kita bersemu merah jambu
Antara Johor – Woodlands
Woodlands,Singapura,2004
Di Kota Mas Kita Bersitatap
Bungabunga cinta
Mengharumi angin pagi
Sampai aku di Garden City
Mabuk kepayang
Kubuka jendela hati
Siapakah gerangan dia
Pagi itu hatiku begitu hampa
Duhai ada sesuatu yang hilang dalam diriku
Yang tak pernah ketemu
Seusai di Kota Mas itu
Cahya di timur terus juga mengurai senyum
Dan kicau burung tetap setia merisalahkan pagi
Dan aku terajal di arus sunyi
Garden City, Melaka 2004
Hujan begitu tibatiba menderas
Jalanjalan menjerit atap rumah sembilu
Langit hitam
Danau Kota pun seperti kehilangan semangat
Kau seperti tiada hirau dan mematung di kaca jendela
padahal kaca itu telah mengabur kena tempias
Apa yang kau renungkan Norsitah
Ketika hujan mulai usai
Norsitah tiada lagi di situ
Hanya ada goresan jari di kaca :
Wahai hujan mengapa begitu tega
kau hapus sebuah nama yang tertulis
di lembar hatiku padahal aku menghapalnya
bahkan hurufhurufnya tereja dalam igauan
Danau Kota terbatabata belajar mengeja
bayangku yang semakin mengabur jua
Kualalumpur,2004
Hasrat
Kemana mata dalam asap dupa malam
Ah tiadalah bintang mengantar suluh
Sampai hati kiranya kemana jua
Terbang burung pialing memburu nasib
Bagaimana lagi bila jembatan licin
Rasa sesak nafas di dalam dada
Hasrat hati tiada jua tumbuh kembang serai
di padang jumampai
Tengah malam apalah rasanya
Bila diingat semakin jua dikenang
Tiada pun memberi alamat
Kuyakini langkah
Wahai kemana pembaringan membuang limbai
Tak tahulah
Bila berembus kemana pelimbaianku
Bila memburu kemana lorong nasibku
Bila mimpi ada jugakah barang secuil
jangan menyentuh lelap tidurku
Banjarbaru,2005
Di Atas Causeway
Antara Johor - Woodlands
Kita tibatiba menjelma sepasang merpati
dan mabuk di atas Causeway
Sepertinya cuma milik kita berdua bersulang anggur
Terbang bekejaran kelazuardilangit dan menukik
ke selat di mana terhampar buihbuih cinta
Lalu kita baringkan tubuh kita sambil berpelukmimpi
Sedang piala di tangan tak hentihenti terisi
Kemudian bibir kita saling berbisik
Cuma kita yang mampu membuka rahasianya
Setelah itu kau merapikan rambut yang tergerai
di dadaku
Mercuri sepanjang Causeway telah memekarkan seroja
di taman kasmaran kita
Kita bersitatap dan tersenyum
Wajah kita bersemu merah jambu
Antara Johor – Woodlands
Woodlands,Singapura,2004
Di Kota Mas Kita Bersitatap
Bungabunga cinta
Mengharumi angin pagi
Sampai aku di Garden City
Mabuk kepayang
Kubuka jendela hati
Siapakah gerangan dia
Pagi itu hatiku begitu hampa
Duhai ada sesuatu yang hilang dalam diriku
Yang tak pernah ketemu
Seusai di Kota Mas itu
Cahya di timur terus juga mengurai senyum
Dan kicau burung tetap setia merisalahkan pagi
Dan aku terajal di arus sunyi
Garden City, Melaka 2004
edisi 6
Risalah Cinta Asmara
Adakah cinta asmara itu abadi
Sesungguhnya ia akan mengubah dirinya empedu
atau pun madu
Ia akan menjadikan seseorang gila
Empedu terasa madu dan madu terasa empedu
Kau ratapi kematian atau bahagia dikala suka
Tapi adakah pernah mengenal airmata atau tawa
Dalam airmata ada tawa
Di dalam tawa ada duka
Di situlah dusta cintamu
Seorang penyair berkata :
Ia adalah altokumulus racun kehidupan
Jauhkan cinta pada ajalku
Aku hanya berpihak kepadamu kekasih
Di mana sukma pikiran
Lahir tanpa ibubapa
Aku dalam renung berpihak kepadamu kekasih
Banjarbaru,2006
Di Arus Sungai
Adalah buluh hanya sebatang buluh sayang
Disusunlah disusun jalan titian
Jumampai hanya tumbuh kembang melati
Adalah melati hanya dipetik sekuntum sayang
Aduhai disimpanlah disimpan
Hanya disimpan di dalam peti
Suluh bernyala padam disulut lagi sayang
Remangremang di tangan duhai mencari jalan
Jatuhbangun aduhai membuang limbai
Adalah nyanyi disenandungkan sayang
Aduhai disenandungkan cerminlah badan
Hanya cermin tiadalah pecah di dalam hati
Kularutkan siang dan malam
Siang bermenung malam bergayut mimpi
Kularutkan sehiris bulan
Kularutkan diarus sungai pasang
Kularutkan
Harapan orang hilir mengambilkan
Aduhai sang kekasih dalam idaman
Banjarbaru,2004
Kisah Kasih Di Suatu Taman
Asmara tiada pernah mengenal musim
Bersemi pada siapa pun dalam kehidupan
Mekar dibungakan
Dan wangi pun di harumkan
Pada suatu taman
Seorang kakek menunggu sang kekasih
Tak juga kunjung tiba
Bangku seperti membakar dirinya
Walau pun berrada sumbang
Ia mencoba membunuh risaunya dengan senandung
Di tengah kicau burung
Matanya berkacakaca
Menampak sang kekasih muncul di balik rerumpun bunga
Nenek itu berkata : Maafkan sayang daku sejak tadi
sudah datang tapi hatiku begitu bergetar dan aku hampir tak percaya
ada pertemuan yang lahir kembali
Kakek itu tak berkata apaapa
Namun sang kekasih erat dalam pelukannya
Alangkah harumnya airmata yang meleleh di pipi
nenek itu dan semerbak di dada kakek
Kakek berkata lirih : Aku kini menemukan permataku
cemerlangnya melebihi matahari di timur
Rambut nenek bertumbuhan kupukupu beranekawarna
ketika angin pagi mengusapnya
Kedua hati berpaut bagai laut berombak lembut
mencium pantai
Mata bertemu mata, bibir bertemu bibir
Membuka lembaran limapuluhlima tahun yang silam
Sebuah asmara yang kandas di tengah jalan
Nasib jualah yang memisahkan mereka
Namun tiada sangsi atas sebuah kesetiaan
Mereka tetap bertahan
Sungguh tuhan mahapengasih lagi penyayang
Kakek dan nenek itu dipertemukan
Dalam asmara tak pernah padam
Kakek dengan hati berbungabunga lalu berkata :
Tidaklah dinamakan perjuangan
bila tidak ada pengorbanan
Nenek mengurai senyum dan menjawab :
Jika ingin mendapat bahagia
Mesti tahan segala derita
Kedua insan itu kemudian mempererat ikatan
dalam sebuah pelaminan
Dan akan menulis sebuah epitaf
pada batu nisan mereka sendiri
Bila tiba akhir menutup mata
Banjarbaru,2006
Adakah cinta asmara itu abadi
Sesungguhnya ia akan mengubah dirinya empedu
atau pun madu
Ia akan menjadikan seseorang gila
Empedu terasa madu dan madu terasa empedu
Kau ratapi kematian atau bahagia dikala suka
Tapi adakah pernah mengenal airmata atau tawa
Dalam airmata ada tawa
Di dalam tawa ada duka
Di situlah dusta cintamu
Seorang penyair berkata :
Ia adalah altokumulus racun kehidupan
Jauhkan cinta pada ajalku
Aku hanya berpihak kepadamu kekasih
Di mana sukma pikiran
Lahir tanpa ibubapa
Aku dalam renung berpihak kepadamu kekasih
Banjarbaru,2006
Di Arus Sungai
Adalah buluh hanya sebatang buluh sayang
Disusunlah disusun jalan titian
Jumampai hanya tumbuh kembang melati
Adalah melati hanya dipetik sekuntum sayang
Aduhai disimpanlah disimpan
Hanya disimpan di dalam peti
Suluh bernyala padam disulut lagi sayang
Remangremang di tangan duhai mencari jalan
Jatuhbangun aduhai membuang limbai
Adalah nyanyi disenandungkan sayang
Aduhai disenandungkan cerminlah badan
Hanya cermin tiadalah pecah di dalam hati
Kularutkan siang dan malam
Siang bermenung malam bergayut mimpi
Kularutkan sehiris bulan
Kularutkan diarus sungai pasang
Kularutkan
Harapan orang hilir mengambilkan
Aduhai sang kekasih dalam idaman
Banjarbaru,2004
Kisah Kasih Di Suatu Taman
Asmara tiada pernah mengenal musim
Bersemi pada siapa pun dalam kehidupan
Mekar dibungakan
Dan wangi pun di harumkan
Pada suatu taman
Seorang kakek menunggu sang kekasih
Tak juga kunjung tiba
Bangku seperti membakar dirinya
Walau pun berrada sumbang
Ia mencoba membunuh risaunya dengan senandung
Di tengah kicau burung
Matanya berkacakaca
Menampak sang kekasih muncul di balik rerumpun bunga
Nenek itu berkata : Maafkan sayang daku sejak tadi
sudah datang tapi hatiku begitu bergetar dan aku hampir tak percaya
ada pertemuan yang lahir kembali
Kakek itu tak berkata apaapa
Namun sang kekasih erat dalam pelukannya
Alangkah harumnya airmata yang meleleh di pipi
nenek itu dan semerbak di dada kakek
Kakek berkata lirih : Aku kini menemukan permataku
cemerlangnya melebihi matahari di timur
Rambut nenek bertumbuhan kupukupu beranekawarna
ketika angin pagi mengusapnya
Kedua hati berpaut bagai laut berombak lembut
mencium pantai
Mata bertemu mata, bibir bertemu bibir
Membuka lembaran limapuluhlima tahun yang silam
Sebuah asmara yang kandas di tengah jalan
Nasib jualah yang memisahkan mereka
Namun tiada sangsi atas sebuah kesetiaan
Mereka tetap bertahan
Sungguh tuhan mahapengasih lagi penyayang
Kakek dan nenek itu dipertemukan
Dalam asmara tak pernah padam
Kakek dengan hati berbungabunga lalu berkata :
Tidaklah dinamakan perjuangan
bila tidak ada pengorbanan
Nenek mengurai senyum dan menjawab :
Jika ingin mendapat bahagia
Mesti tahan segala derita
Kedua insan itu kemudian mempererat ikatan
dalam sebuah pelaminan
Dan akan menulis sebuah epitaf
pada batu nisan mereka sendiri
Bila tiba akhir menutup mata
Banjarbaru,2006
edisi 7
Matahari Mabuk Kepayang
Alangkah nakalnya angin laut senja itu
Menggeraikan rambut sang nenek
Sehingga wajahnya jadi merah jambu yang terbenam
di dada sang kekasih
Sang kekasih dengan lembut memetik bungabunga
yang bermekaran di hatinya kemudian menyuntingnya
di rambut sang kekasih
Debur di hati kedua kekasih itu melebihi merdu
senandung ombak mencium pantai
Sang kekasih berbisik lirih : Aku kupukupu, kejarlah
Kemudian dengan manja terbang di buihbuih cinta
Sang kakek dengan gairah menangkap kupukupu itu
namun selalu digoda oleh lambaian kelapa
Hai lihatlah aku menari di kulminasi ombak
Tunggulah sayang aku menjelma lumbalumba
Tapi sang kekasih kembali terbang
Dan terus terbang
Sang kekasih terus juga mengejar dan mengejar
Alangkah nakalnya angin laut senja itu
Terus juga menebarkan aroma anggur
Akhirnya sang kekasih tertangkap juga
Dan mereka terbaring di atas hamparan matahari
yang mabuk kepayang di kaki langit
Banjarbaru,2006
Aku Berkaca
: kepada R.Mawarni
aku berkaca
pada tubuhmu
melahirkan sebuah laut
membawaku terus berlayar
entah sampai ke mana
langit menyembunyikan pantai
pada ribuan ombak dan buih
dan angin membunuh burungburung
aku jadi teramat letih
tapi tak juga kau beri aku dermaga
dalam nafasku
mungkin inilah riwayatku
pelayaran terdampar di sini
pada sebuah ajal
Banjarmasin,1970
Kendati Hujan Gerimis
: kepada Rosehanawati
kendati hujan gerimis
membenahi senja
kau masih juga memandang
lewat kaca jendela
mengeja bayangbayang
tapi tahukah kau
bahwa sungai telah merisalahkan
rumahrumah lanting
dalam sempurnanya senja
sebab gerimis mengekalkan
luruhnya cakrawala
pada sebuah pandang mata
maka tutuplah jendela
sungai dalam dirimu
akan mulai pasang pindua
Banjarmasin, 1972
Alangkah nakalnya angin laut senja itu
Menggeraikan rambut sang nenek
Sehingga wajahnya jadi merah jambu yang terbenam
di dada sang kekasih
Sang kekasih dengan lembut memetik bungabunga
yang bermekaran di hatinya kemudian menyuntingnya
di rambut sang kekasih
Debur di hati kedua kekasih itu melebihi merdu
senandung ombak mencium pantai
Sang kekasih berbisik lirih : Aku kupukupu, kejarlah
Kemudian dengan manja terbang di buihbuih cinta
Sang kakek dengan gairah menangkap kupukupu itu
namun selalu digoda oleh lambaian kelapa
Hai lihatlah aku menari di kulminasi ombak
Tunggulah sayang aku menjelma lumbalumba
Tapi sang kekasih kembali terbang
Dan terus terbang
Sang kekasih terus juga mengejar dan mengejar
Alangkah nakalnya angin laut senja itu
Terus juga menebarkan aroma anggur
Akhirnya sang kekasih tertangkap juga
Dan mereka terbaring di atas hamparan matahari
yang mabuk kepayang di kaki langit
Banjarbaru,2006
Aku Berkaca
: kepada R.Mawarni
aku berkaca
pada tubuhmu
melahirkan sebuah laut
membawaku terus berlayar
entah sampai ke mana
langit menyembunyikan pantai
pada ribuan ombak dan buih
dan angin membunuh burungburung
aku jadi teramat letih
tapi tak juga kau beri aku dermaga
dalam nafasku
mungkin inilah riwayatku
pelayaran terdampar di sini
pada sebuah ajal
Banjarmasin,1970
Kendati Hujan Gerimis
: kepada Rosehanawati
kendati hujan gerimis
membenahi senja
kau masih juga memandang
lewat kaca jendela
mengeja bayangbayang
tapi tahukah kau
bahwa sungai telah merisalahkan
rumahrumah lanting
dalam sempurnanya senja
sebab gerimis mengekalkan
luruhnya cakrawala
pada sebuah pandang mata
maka tutuplah jendela
sungai dalam dirimu
akan mulai pasang pindua
Banjarmasin, 1972
Langganan:
Postingan (Atom)