asmara tiada pernah mengenal musim. bersemi pada siapa pun dalam kehidupan. mekar dibungakan.dan wangi pun diharumkan

Senin, 14 April 2008

edisi 6

Risalah Cinta Asmara

Adakah cinta asmara itu abadi
Sesungguhnya ia akan mengubah dirinya empedu
atau pun madu
Ia akan menjadikan seseorang gila
Empedu terasa madu dan madu terasa empedu

Kau ratapi kematian atau bahagia dikala suka
Tapi adakah pernah mengenal airmata atau tawa

Dalam airmata ada tawa
Di dalam tawa ada duka
Di situlah dusta cintamu

Seorang penyair berkata :
Ia adalah altokumulus racun kehidupan
Jauhkan cinta pada ajalku
Aku hanya berpihak kepadamu kekasih
Di mana sukma pikiran
Lahir tanpa ibubapa
Aku dalam renung berpihak kepadamu kekasih

Banjarbaru,2006


Di Arus Sungai

Adalah buluh hanya sebatang buluh sayang
Disusunlah disusun jalan titian
Jumampai hanya tumbuh kembang melati
Adalah melati hanya dipetik sekuntum sayang
Aduhai disimpanlah disimpan
Hanya disimpan di dalam peti

Suluh bernyala padam disulut lagi sayang
Remangremang di tangan duhai mencari jalan
Jatuhbangun aduhai membuang limbai
Adalah nyanyi disenandungkan sayang
Aduhai disenandungkan cerminlah badan
Hanya cermin tiadalah pecah di dalam hati

Kularutkan siang dan malam
Siang bermenung malam bergayut mimpi
Kularutkan sehiris bulan
Kularutkan diarus sungai pasang
Kularutkan
Harapan orang hilir mengambilkan
Aduhai sang kekasih dalam idaman

Banjarbaru,2004


Kisah Kasih Di Suatu Taman

Asmara tiada pernah mengenal musim
Bersemi pada siapa pun dalam kehidupan
Mekar dibungakan
Dan wangi pun di harumkan

Pada suatu taman
Seorang kakek menunggu sang kekasih
Tak juga kunjung tiba
Bangku seperti membakar dirinya
Walau pun berrada sumbang
Ia mencoba membunuh risaunya dengan senandung

Di tengah kicau burung
Matanya berkacakaca
Menampak sang kekasih muncul di balik rerumpun bunga
Nenek itu berkata : Maafkan sayang daku sejak tadi
sudah datang tapi hatiku begitu bergetar dan aku hampir tak percaya
ada pertemuan yang lahir kembali
Kakek itu tak berkata apaapa
Namun sang kekasih erat dalam pelukannya
Alangkah harumnya airmata yang meleleh di pipi
nenek itu dan semerbak di dada kakek
Kakek berkata lirih : Aku kini menemukan permataku
cemerlangnya melebihi matahari di timur
Rambut nenek bertumbuhan kupukupu beranekawarna
ketika angin pagi mengusapnya

Kedua hati berpaut bagai laut berombak lembut
mencium pantai
Mata bertemu mata, bibir bertemu bibir
Membuka lembaran limapuluhlima tahun yang silam
Sebuah asmara yang kandas di tengah jalan
Nasib jualah yang memisahkan mereka
Namun tiada sangsi atas sebuah kesetiaan
Mereka tetap bertahan
Sungguh tuhan mahapengasih lagi penyayang
Kakek dan nenek itu dipertemukan
Dalam asmara tak pernah padam

Kakek dengan hati berbungabunga lalu berkata :
Tidaklah dinamakan perjuangan
bila tidak ada pengorbanan
Nenek mengurai senyum dan menjawab :
Jika ingin mendapat bahagia
Mesti tahan segala derita

Kedua insan itu kemudian mempererat ikatan
dalam sebuah pelaminan
Dan akan menulis sebuah epitaf
pada batu nisan mereka sendiri
Bila tiba akhir menutup mata

Banjarbaru,2006

Tidak ada komentar: