Senja Usai Aku Pun Asing
Tidak seperti biasa kau bawa aku
Menyusuri sebuah ruang manakala hutan pinus
desisnya menyiapkan kelam
Tibatiba aku merasa ada yang hilang dari diriku
Sangat kurasakan
Aku tak dapat lagi memahami mengapa begitu cepat
matahari meninggalkan kota ini
dengan memberi warna lain
Aku mencoba menahan keseimbangan
Barangkali aku harus pandai menerjemahkan catatan
suatu malam
Sampai kau hilang dari pandangan
Banjarbaru,1978
Kupukupu
Bungabunga culan bermekaran
Tibatiba seorang jelita muncul
di tengah harumnya bunga
Aku teringat pada sebuah lukisanku
Seorang jelita
yang tergantung di kamarku
Entah apa tibatiba hatiku menjelma seekor kupukupu
Lalu terbang ke rambutnya
Ia terpesona lalu menangkapnya
Si jelita itu bergumam :
Kemana saja engkau terbang
Aku telah lama mencarimu kemanamana
Menjadikan aku begitu risau
Kemudian ia pergi ke balik bungabunga
Ketika aku memandang lukisanku
Aku terpesona seekor kupukupu menghias rambutnya
Banjarbaru,1978
Inkarnasi Buat Sang Kekasih
Dirakit tujuh batang pisang tujuh tiang tebu merah
Berlangitlangit kain kuning di ruh sungai mengalir
Lengkaplah sudah tapaku tujuh purnama
Dan dalam janji wangsit
Telah kutambatkan di ulak banyumu
Maka berbuihlah hai buih
Cahaya bulan pengiring setanggi
Tujuh kuntum nagasari di taman sukma sejati
Kupetik atas nama tutus candi
Maka berujudlah hai Putri Buih anak babangsa
Di kukus dupa bersemayam hati yang rindang
Akulah bujang pilihan titis ruh Sukmaraga dan
Patmaraga
Yang bangkit dari Lubuk Badangsanak
Dalam lemakmanis minyaklikatbaburih
Mari kekasih kita turaikan segala rindu
Banjarbaru,1979
Putri Buih ( Putri Junjung Buih ), Sukmaraga dan
Patmaraga dalam cerita kisah Kasih Legenda rakyat
Banjar ( Kalsel ).
Renjana
Jangan ada rahasia lagi
Desau pinus itu
Selalu membawaku ke sana
Dan berulangkali debar
Tak mampu menyimpan namamu dalam lipatan
Maka jangan ada rahasia lagi
Mengapa aku teramat letih
Ketika puput itu membawa pergi tangisan kecil
Dan aku begitu tolol
Kehilangan jejak dalam diriku sendiri
Aku belajar memahami tebaran mega
Dan dalam katupan mata menatap kelopak usia
yang rontok di kaki senja
Sesampainya di sana aku berkaca dalam rindu
Membuka jendela rahasiamu
Banjarbaru,1980
Tidak ada komentar:
Posting Komentar