asmara tiada pernah mengenal musim. bersemi pada siapa pun dalam kehidupan. mekar dibungakan.dan wangi pun diharumkan

Senin, 14 April 2008

edisi 3

Dentang Batu

Dentang batu di tebingtebing
Bawa daku ke mana jalan setapak
Cahya di timur O burungburung
Nun siapa membangun gubuk sunyi
Tempat tetirah kaum gelisah

Angin pegunungan mana yang berembus
Beri daku bunga tanah kelahiran
Dari rimba hijau dan pepohonan nipah
Bila telah selesai dentang penghabisan
Lihat wajahwajah siapa yang tak luka

Perbukitan terdengar rawan
Gubuk yang telah bertahun dihuni
Sehabis senja maka menyala damar purba
Mata tak pernah tahu ke mana malam
Menyimpan selaksa duka

Samarinda, 98


Narasi Gairah Embun

Menjilati garisgaris permukaan tangan
Menggendong keranjang yang kita anyam
Setetesdemisetetes embun kita kumpulkan
Bertebaran dalam mazmurmazmur malam

Kita bersidekap dalam gumpalan warna angin
Membakar lipatandemilipatan tubuh fana
Mata mencari sesuatu yang pernah kita punya

Sebelum keburu surya bangkit dari mimpinya
Kunyah segala dedaunan dan akarakaran
Jadi serbuk hatinurani
Kucurkan ke piala kita tanpa sisa
Agar bebas dari perangkap dusta

Mulutmu wangi sarigading
Menyentuh gordengorden jendela
Tapi jangan kau buka
Sebentar lagi pagi beranjak tiba

Banjarbaru,2000


Kau Tulis Surat

Kau tulis surat
Tapi masih juga kau tanya
Alamatku : Persinggahan
Burungburung laut
Memberi isyarat pantai mana
Gemuruh ombak di bathinmu

Lama kubaca tubuhmu di pasir
Setiap ciuman ombak
Kupasang layar ke laut lepas
Kita samasama meniti buih
Sampai terperangkap
Di jaring matahari

Diamdiam masih juga
Kau tulis surat
Di karangkarang laut

Banjarbaru,2000


Saat Senja Pun Jatuh

Jangan kau rangkai bungabunga
Yang kau petik dari taman mimpi
Tapi rangkailah tubuhku
Yang kau ambil dari tulang rusukmu

Tak ada lagi
Rahasia yang menyimpan kesangsian
Maka tatkala gemawan turun lihatlah
Kita tak pernah lagi memiliki malam
Yang luput dari tangan

Lahirlah kerinduan yang kau hamili
Setiap kita menutup jendela
Setiap kita mengatupkan mata
Memandang jauh
Kesetiaan mentari ke kutub sana

Banjarbaru,2000

Tidak ada komentar: