asmara tiada pernah mengenal musim. bersemi pada siapa pun dalam kehidupan. mekar dibungakan.dan wangi pun diharumkan

Senin, 14 April 2008

edisi 9

Semenanjung Desir

Sepanjang pasir
Kaki kita akan cerita tentang cinta ?
Camar telah pulang ke sarang
Batubatukarang sebentar lagi akan
jadi bayangan laut

Ingatkah ketika kapal itu akan bertambat
dari arung yang jauh
Kita masih menatap gemawan
dan semenanjung itu masih menyimpan ombak ?

Sebab kitalah buih
Kapal yang mau bertambat
Seperti menghitung jarak pelabuhan

Kasihku,
Tak cukup bahasa menafsir sebuah cinta
Sebab sebentar lagi kita akan menjadi bayang
Setelah matahari meninggalkan kita

Banjarmasin,1970


Imperium Cinta

Kicau burungburung
Membuka pagi dalam gairah
Cahaya hidup yang mengalir
Dari imperium cinta

Begitu agung
Tapi adakah yang mengerti
Dan membuka hikmah yang teramat dalam itu
Dalam setiap gerak kehidupan

Oi hati dan jiwaku
Bernyanyilah dari bungabunga cinta
Yang mekar dari kelopakkelopak kamasutra
Wahai hidupku kitalah pengembara
Setiap kepak sayap dan kicau
ke puncak imperium cinta

Banjarmasin,1971


Bunga Kertas
buat Rosihanawati

Setiap membayangkan bagaimana hari esok
Aku mesti merangkai tubuhmu
Dengan beratus harapan yang kutaruh di jambangan
Tapi aku selalu kehilangan warna
Manakala ujung kelopakmu
Meneteskan isak sembilu
Dan aku tak pernah lagi berani menghitung
Entah berapa helai yang telah kurangkai
Sebab akulah jambangan itu
Yang selalu gagal menghadapi hari esok
Dan aku tak pernah berani lagi
Menafsir setiap bunga dalam tidurku
Membayangkan bagaimana hari esok
Tubuhmu pudar dalam jambangan itu

Banjarmasin,1973


Kau Kirim Gerimis

tahukah kau kacajendela sejak tadi
tak mampu lagi menyimpan risalah
yang lahir dari desauan angin
sejauh pandang lewat kaca
hanya hurufhuruf yang memantulkan bayangbayang
siapakah lagi yang mampu mengejanya
selain renung dan perhitungan hari
sepanjang usia
maka masihkah kau kirim gerimis itu
manakala aku mandul bersajak
kehilangan rumusan menyusun katakata apa
untuk belajar memahami sebuah makna

manisku,
ketika kacajendela ini buram oleh sentuhan
lembar impianku yang lepas dari tangkainya
maka masihkah kau kirim gerimis itu
barangkali, manisku
cuma kita berdua menengok ke cakrawala
sejauh pandang lewat kacajendela

Banjarmasin,1973

Tidak ada komentar: