Di Bawah Cemara
kepada Yasminda Nora
Bulan Mei tumbuh dan hidup
Pada hembusan pertama
Kulihat matamu nun jauh
Menembus lonceng dunia
Dan pada gema penghabisan
Telah kau capai tempatnya
Taburkanlah benih itu di atasnya
Bagian dari hidup kita dengan tiada sangsi
Tak mengenal musim cemara kita
Mendesir dan membelai penuh cinta
Dan bagai perak di bawah aurora
Kini betapa pun bulan Mei tidur dengan lelap
Tapi ia bangun tiada kasip pada kita waktu pagi
Selagi kita takjub mendengar kicau burungburungnya
Banjarmasin,1973
Perkawinan Kawanku
buat Abdullah SP
Puisi yang pertama menetes di mana
Kau datang di malam bening mega abadi
Kendati pun saudara seibusebapamu
tak selaras dan meletuskan bedilnya
Ceceran tapaktapak hitam menginjak muka
Tanpa arti perdamaian di ujung penentuan terakhir
tapi dengan sayap kepastian kau terbang bersama
biar jadi sepasang puntung
Perlahan tapi dengan jemari kemenangan
Mempelai wanita menyingkap dan mengusap
gaun penutup muka
gorden jendela serta salam yang tulus
Langit biru hari pun biru
Puisi kasihsayang dunia kasihsayang
Tak mengapa puisi yang ketiga baginya
Sekarang adalah milik kita bersama
Kuduslah segenap puisimu pengantin
Malam indah malam puisi
Angin pun berembus bagai sutra tanda kelembutan hati
Perkawinan adalah lambang imajinasi sebuah puisi
Banjarmasin,1972
Antara Kapal Berlabuh
jangan ada sangsi ketika puput penghabisan
pertanda senja akan membawa kita
ke ombak yang paling jauh
muara tak lagi perbatasan bertolaknya
sebuah kapal yang sarat dengan riwayat
yang kita aksarakan pada sebuah perjalanan
dan burungburung laut melepaskan
kepaknya ke karangkarang ketika
kelam menyempurnakan malam
adalah masasilam yang kita sauhkan
pada alir usia kita sebab
langit tak lagi dapat menyimpan
pandangan mata bila kita akan
menghitung nasib antara kapal
berlabuh dengan pelabuhan
di mana kita menambatkan keyakinan
maka layar telah kita kembangkan
sebab laut adalah sebuah jalan panjang
yang mesti kita tempuh
dan kita tak perlu lagi berpaling
Banjarmasin,1972
Tidak ada komentar:
Posting Komentar