asmara tiada pernah mengenal musim. bersemi pada siapa pun dalam kehidupan. mekar dibungakan.dan wangi pun diharumkan

Senin, 14 April 2008

edisi 20

Cinta Menjadikan Bunga Mewangi

Kuncupku bermekaran
Sariku mengucurkan madu
Tapi apalah artinya duhai
Tak ada siapa pun yang singgah padaku
Ketika melihatku lantas membuang muka
lalu lari menjauh

Malammalam aku menangis
Airmatalah yang dapat mengusir gelisah tidurku
Wahai t’rasa jiwaku membeku
Dalam siraman embunembun pagi

Wahai velentine kau wangikan s’luruh kuntumku
Ah betapa sipusipuku menatap senyummu
Ketika seekor kupukupu hinggap di rambutku

Banjarbaru,2005


Blues Pelagu Sunyi

Tutstuts itu ditumbuhi cannabis sativa
Bulan jadi mabuk dan Guido Aretinius
pada bangkit di puncak octavo
mengubah liriklirik dari tubuhmu
yang kehilangan si pembasuh dosa
Entah ke mana awangemawan di atas katedral
berarak mengalirkan ruhruh notasi
mengalirkan jiwa yang berabadabad
mencari kekasih dari masasilam
Aku bangkit dari rahim gregorians
O Santo Antonio
Meskikah aku menjerit
Kau telah menjerit dalam genggaman kressendo
Meskikah aku meratap
Kau telah meratap dalam pelukan lamentoso
Meskikah aku bergelak O Santo Antonio
Ternyata kau mabuk dalam mulut furiroso
Ruhruh itu tersesat dalam jiwa yang sunyi
Dan menguburku jauh dalam diri

Banjarbaru,2004


Kata Hati

Kumasuki matamu yang menatapku
Ada satu pikiran yang menyala
Di tangan samasama membuka kunci
Sudahlah, tinggalkan yang sudahsudah

Menyusun sirih bertemu urat
Susunlah tujuh lembar yang dipetik
Terpisah janganlah terpisah ujungujungnya
Bertemu katahati bertemu dalam janji
Tapi janganlah dibuang tangkaitangkainya
Pengikat hati janganlah putus

Jika luruh kembang kemuning
Luruh sekuntum di tangan tiada kan sampai
Petikan kembang melati
Ruhui kehendak ruhui di dalam hati
Jika telah menghampar di pembaringan
Tiada kan hilang yang kita cari

Terangkai sudah
Semisal tidak terangkai di dalam mimpi
Percikkan air bunga rampai pada mautku

Banjarbaru,1984

Tidak ada komentar: